JAWABAN SOAL UALANGAN AKHIR SEMESTER MATA KULIAH TEORI PEMBELAJARAN ORANG DEWASA Disusun Untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Teori Pembelajaran Orang Dewasa

Dosen pengampu : Prof. Dr. C Asri Budiningsih, M.Pd





OLEH : RASIDI
NIM 11703254005

S2 MANAJEMEN PENDIDIKAN
MP NR – A

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011

JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER
1. A. Masalah – masalah belajar yang kurang diperhatikan potensi siswa.
1) Adanya orang tua yang menginginkan pengembangan dan peningkatan nilai pada mata pelajaran
2) Guru yang kurang memperhatikan minat siswa dalam belajar
3) Guru hanya menggunakan cara dan metode yang cenderung statis.
4) Siswa diperlakukan sama guru, mempunyai persepsi dan pandangan yang sama.
5) Banyak kegiatan pengembangan diri yang diwajibkan dan harus diikuti oleh siswa, meskipun anak mempunyai minat dan bakat yang berbeda.
6) Sarana pengembangan diri yang dilakukan sekolah kurang maksimal dan optimal.
7) Kurangnya persiapan guru dalam mempersiapkan pembelajaran
8) Kurikulum yang mengarahkan pada pengembanagan kemampuan otak kiri saja dan kurang memperhatikan kemampuan dan perkembangan otak kanan.
9) Masih ada pandangan dan persepsi guru membuat siswa tercekam rasa takut, benci, dan antipasti.
10) Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar untuk mengembangkan dan mengoptimalkan kemampuan siswa.
11) Masih kuatnya konsep pembelajaran konvensional yang cenderung mementingkan logika dan penggunaan otak kiri baik oleh guru atau orang tua.
12) Kurangnya pemahaman dan sarana dan konsep belajar sambil bermain.

B. Langkah pengembangan kegiatan pembelajaran di sekolah
Pembelajaran multimedia bermakna dan berbudaya
1) Penetapan rencana dan prinsip – prinsip pembelajaran
- Pembelajaran dengan basis multi media proyektor LCD
- Pembelajaran dengan basis kebermaknaan
- Kontekstual
- Kondisional motivasi
- Kelompok belajar dengan modalitas belajar ( visual, audio, kinestetik )
2) Analisis SWOT terkait dengan kondisi sekolah dan idealisme pembelajaran yang ditetapkan
3) Sosialisasi terhadap semua sumber daya manusia yang terlibat.
4) Training dan pelatihan terhadap semua guru dan pihak yang terlibat langsung terhadap pembelajaran
- Teori belajar
- Teknik memotivasi
- Quantum learning
- Quantum teaching
- Strategi belajar mengajar
- Multiple intelligence
5) Micro teaching pembelajaran guru – guru didampingi ahli dan tokoh pembelajaran
6) Evaluasi kesulitaqn micro teaching pembelajarabn
7) Diskusi pembelajaran multimedia bermakana
8) Implementasi
9) Evaluasi
10) Perbaikan

C. Teori belajar yang menjadi pijakan
Pendekatan pembelajaran dengan teori belajar Humanistik, dengan mengakui hak dan kewajiaban anak. Serta menumbuhkan kesadaran siswa sebagai manusia yang harus belajar dan membelajarkan. Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. \ proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada proses belajar, ialah : Proses pemerolehan informasi baru, dan Personalia informasi ini pada individu.

2. A. Problem – problem belajar orang dewasa
a. Adanya kesibukan bagi orang dewasa, sehingga pelaksanaan program belajar orang dewasa dibatasi waktu dan kegiatan.
b. Masih ada pembelajaran orang dewasa yang dilakukan secara pedagogis
c. Peserta belajar orang dewasa masih belum mandiri karena terbiasa dengan tradisi belajar bawaan yang pasif
d. Kurang optimalnya pencapaian tujuan belajar orang dewasa karena masih ada prioritas kerja.
e. Karakter yang ada pada orang dewasa kadang menghambat proses belajar ketika ada perbedaan sikap dan idealisme.
f. Dengan bertambahnya usia, titik dekat penglihatan atau titik terdekat yang dapat dilihat secara jelas mulai bergerak makin jauh. Pada usia dua puluh tahun seseorang dapat melihat jelas suatu benda pada jarak 10 cm dari matanya. Sekitar usia empat puluh tahun titik dekat penglihatan itu sudah menjauh sampai 23 cm.

B. Problem – problem belajar orang dewasa
a. Adanya kesibukan bagi orang dewasa, sehingga pelaksanaan program belajar orang dewasa dibatasi waktu dan kegiatan. Pelaksanaan pembelajaran orang dewasa harus fleksibel terkait dengan materi belajar, waktu belajar dan cara belajarnya. Waktunya mungkin setelah selesai bekerja, caranya harus lebih banyak mandiri dan membaca pada waktu – waktu selang ketika istirahat dalam bekerja, cara belajarnya mungkin bisa dibantu orang lain untuk memecahkan masalah materi pembelajaran dengan teman sejawat atau keluarga.
b. Masih ada pembelajaran orang dewasa yang dilakukan secara pedagogis. Perlu adanya peran aktif peserta belajar orang dewasa dan melakukan interupsi ketika pengajar melakukan metode yang terlalu membosankan, atau monoton. Misalnya ketika pengajar
c. Peserta belajar orang dewasa masih belum mandiri karena terbiasa dengan tradisi belajar bawaan yang pasiforang dewasa terlalu banayak melakukan metoide mengajar dengan ceramah, maka peserta belajar bisa melakukan interupsi dengan sopan dan mengusulkan metode atau aktivitas belajar yang lebih baik atau perlu dipertimbangkan oleh si pengajar.
d. Kurang optimalnya pencapaian tujuan belajar orang dewasa karena masih ada prioritas kerja. Perlu perencanaan pembelajaran yang matang misalnya ketika seseorang sudah bekerja dan melanjutkan studinya, perlu dipertimbangkan materi, tempat belajar, biaya dan banayak bobot materi yang diambil tiap tahap.
e. Karakter yang ada pada orang dewasa kadang menghambat proses belajar ketika ada perbedaan sikap dan idealisme. Misalnya ada perbedaan cara pandang terkait idealisme belajar ketika diskusi, makanya ada kebuntuan dalam diskusi, perlu adanya toleransi saling menghormati dan menghargai pendapat, perlu juga penengah yang membenarkan pendapat.
f. Dengan bertambahnya usia, titik dekat penglihatan atau titik terdekat yang dapat dilihat secara jelas mulai bergerak makin jauh. Pada usia dua puluh tahun seseorang dapat melihat jelas suatu benda pada jarak 10 cm dari matanya. Sekitar usia empat puluh tahun titik dekat penglihatan itu sudah menjauh sampai 23 cm. perlu sarana dan alat yang membantu kejelasan penglihatan seperti kaca mata atau contact lens, sehingga belajar tetap bisa dilakukan.

3. Pembelajaran yang demokratis memberikan sumbangan besar dalam membentuk manusia kreatif, kritis dan tanggap terhadap lingkungan. Pembelajaran yang demokratis akan merangsang siswa untuk kreatif dimana kondisi yang diatur dengan suasana demokratis siswa akan terdorong untuk menyampaikan gagasan – gagasan baru, merangkaikan informasi yang membangun sebuah konsep materi, dan didorong membangun ide – ide baru dalam ruang pembelajaran. Kritis, siswa didorong untuk kritis, mampu menanggapi materi yang disampaikan guru bahkan menyanggah atau menambahkan contoh. Siswa juga didorong untuk tanggap terhadap permasalahan permasalahan yang ada di alam dan lingkungan sekitar, dimana siswa didorong untuk melihat masalah yang ada dilingkungan mencari akar permasalahan dan mencoba menawarkan alternatif solusi yang bisa digunakan. pembelajaran yang demokratis adalah pembelajaran yang di dalamnya terdapat interaksi dua arah antara guru dan siswa. Guru memberikan bahan pembelajaran dengan selalu memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif memberikan reaksi, siswa bisa bertanya maupun memberi tanggapan kritis tanpa ada perasaan takut. Bahkan, kalau perlu siswa diperbolehkan menyanggah informasi atau pendapat guru jika memang dia mempunyai informasi atau pendapat yang berbeda. Hasil belajar pada dasarnya merupakan hasil reaksi antara bahan pelajaran, pendapat guru, dan pengalaman siswa sendiri. Dalam pembelajaran, siswa betul-betul sebagai subyek belajar. Bukan sebagai botol kosong yang pasrah untuk diisi dengan berbagai ilmu oleh guru. Saat sekarang, rasanya pembelajaran yang demokratis cukup mendesak untuk diimplementasikan di kelas, setidaknya berdasarkan tiga alasan. Pertama, kenyataan bahwa guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar. Dalam era globalisasi informasi sekarang, tidak bisa dimungkiri, akses terhadap berbagai sumber informasi menjadi begitu luas: televisi, radio, buku, koran, majalah, dan Internet. Saat berada di kelas, siswa telah memiliki seperangkat pengalaman, pengetahuan, dan informasi. Semua ini bisa sesuai dengan bahan pelajaran, bisa juga bertentangan. Pembelajaran yang demokratis memungkinkan terjadinya proses dialog yang berujung pada pencapaian tujuan instruksional yang ditetapkan.

4. Pembelajaran adalah layanan ahli, terapannya harus selalu dilandasi oleh suatu keahlian.
- Why, suatu rujukan normatif: dimana seseorang yang menjadi pengajar harus mempunyai kemampuan dan keahlian dengan bidang garapannya. Guru harus menguasai psikologi ketika harus mengajar dan menangani kesulitan belajar dan aspe,k psikis siswa dan orang tua, guru harus menguasai 8 keterampilan dasar mengajar ketika harus berada dalam ruang kelas pembelajaran. Guru harus sebagai ahli evaluasi ketika menilai kemajuan belajar secara klasikal ataupun secra individu, guru harus menguasai supervisi ketika harus berada pada posisi sebagai pegawai yang harus mendapat bimbingan dari atasannya.
- How, suatu rujukan prosedural : dalam pembelajaran, perlu ada prosedur yang ditempuh, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dalam melakukan bimbingan konseling guru sebagai ahli guru harus menyesuaikan permasalahan dengan bimbingan yang diberikan apakah dengan bimbingan pribadi, social, karir atau yang lainnya.
- When, suatu rujukan kontekstual : guru harus melaksanakan praktek pembelajaran sesuai dengan konteks tempat dan dimana sedang mengajar dan melakukan bimbingan. Guru membelajarkan didalam kelas dan diluar kelas tentu saja berbeda, perlu ada penyesuaian dan disesuaikan dengan kondisi siswa dan sarana belajarnya. Guru juga perlu menyesuaikan cara mebimbing siswa dan juga melakukan bimbingan berpartner dengan orang tua. Segala sesuatu yang dilakukan pengajar harus sesuai dengan tempat dan kondisinya.

5. Dalam mendesain pembelajaran, selain memperhatikan hal-hal tersebut guru juga harus memperhatikan kebutuhah siswa juga perkembangan intelektual dan emosional (psikologi) siswa. Desain pembelajaran harus disusun secara sistematis dengan beberapa kemungkinan situasional, sehingga desain pembelajaran dapat berfungsi untuk mengefektifkan proses pembelajaran yang sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. pembelajaran situasional (situational principles of instruction ) yang dipandangsebagaiprinsippembelajaranyangtidak universal karena hanya diterapkan dalam situasi tertentu.Prinsip situasional terjadi pada suatu rangkaian kesatuan (continuum ) dari situasi yang sangat umum kepada suatu situasi sangat lokal (situasi yang diterapkan amat sangat jarang). Situasitersebut menjadi sangat penting ketika berupaya menciptakan ketelitian pada prinsip-prinsip pembelajaran yang dilakukan

6. A. upaya pengajar yang belum smiap menghadapi berbagai perubahan, wawasan dan keterampilan pembelajaran terbatas. Perlu adanya identifikasi dari hal- hal pokok yang perlu di lakukan oleh guru, ketika butuh pengembangan kemampuan maka pihak sekolaotivsh melalui kepala sekolah dan teman sejawat perlu memberikan motivasi dan mengarahkan program pengembangan skill untuk kemajuan dan optimalisasi pembelajaran. Perlu usaha penyampaian materi yang lebih humanis dan dapat diterima sesuai dengan karakter dari pengajar tersebut.
B. peserta belajar mempunyai karakteristik khusus. Setiap orang pada dasarnya mempunyai keunikan sendiri, dengan segala kelebihan dan kekurangan, maka pengajar perlu memahami cara belajar peserta belajarnya, kecerdasan yang dominan dan kesiapan belajar siswa, perlu adanya identifikasi modalitas dan karakteristik baik secara langsung atau tidak langsung. Peserta belajar juga perlu usaha untuk mengadaptasikan cara belajarnya dengan siasat dan strategi bagaimana materi dan tujuan belajar bisa tercapai.
C. masalah mteri pelajaran, lingkup materi luas, serta kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang begitu cepat. Hal ini satu sisi menyulitkan guru jika guru tidak mengikuti perkembangan yang ada. Tapi disisi lain malah memudahkan guru untuk pengembangan materi dan membangun konteks karena dunia semakin maju, maka mau tidak mau, suka tidak suka kita akan dipaksa menerima kemajuan. Hal yang dilakukan adalah melakukan sistematisasi materi menjadi materi sederhana yang bisa diserap oleh siswa, dengan metode mindmap cukup efektif meringkas sebuah konsep tema dan materi pembelajaran yang dmisampaikan. Guru harus mampu mengikuti perkembangan dan pola piker, karena pola piker dulu mungkin kurang sesuai dengan keadaan sekarang. Begitu juga pola piker dan pendekatan sekarang ini mungkin kurang sesuai pada masa yang akan datang. Guru dan siswa sama- sama membangun konstruk pengetahuan dari kemajuan yang ada di sekitar dalam bidang apapun.
D. Masalah media dan sarana pembelajaran. Adanya keterbatasan media dan sarana belajar baik jenis maupun jumlahnya, serta kemampuan memanfaatkan media masih kurang. Hal ini bisa diatasi dengan partisipasi banyak pihak, guru, pemerintah sekolah, wali murid dan masyarakat. Jika keterbatasan jumlahnya bisa disiasati dengan melakukannya secara berkelompok, jika masih kurang jumlahnya ini memacu guru untuk kreatif membuat sarana dan alat peraga yang sederhana dan mampu mengembangakan potensi siswa. Untuk membantu skill dalam penggunaan peraga adalah dengan melakukan sosialaisasi terkait penggunaan dan keefektifan sarana dan media belajar, ini bisa difasitasi sekolah dan pemerintah pengjar diberikan pelatihan yang baik, sehingga mamapu mengerti arti penting sarana dan media pembelajaran berikut cara penggunaannya. Perlu adanya organisasi profesi yang ikut membantu pengembangan kemampuan guru dalam mengakses, membuat dan menggunkan media dan sarana belajar dengan sebaik-baiknya.
E. iklim belajar, suasana kurang memotivasi, Lingkungan sistem pembelajaran meliputi berbagai hal yang dapat memperlancar proses belajar mengajar dikelas seperti: Kompetensi dan kreativitas guru dalam mengembangkan materi pembelajaran, penggunaan metode dan strategi belajar yang bervariasi, pengaturan waktu dalam proses belajar mengajar dan pengunaan media dan sumber pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran serta penentuan evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa. Keselurahan aspek yang dijelaskan di atas didesain sedemikian rupa dalam proses pembelajaran. Yang menjadi penekanan dalam penciptaan atmosfir belajar yang kondusif adalah penciptaan suasana pembelajaran yang (1) menyenangkan, (2) mengasyikkan, (3) mencerdaskan, dan (4) menguatkan.
Menyenangkan dan mengasyikkan terkait dengan aspek afektif perasaan. Guru harus berani mengubah iklim dari suka ke bisa. Guru hendaknya dapat mengundang dan mencelupkan siswa pada suatu kondisi pembelajaran yang disukai dan menantang siswa untuk berkreasi secara aktif. Rancangan pembelajaran terpadu dengan materi pembelajaran yang kontekstual harus dikembangkan secara terus menerus dengan baik oleh guru. Untuk keperluan itu guru-guru dilatih:
1) bersikap ramah
2) membiasakan diri selalu tersenyum
3) berkomunikasi dengan santun dan patut
4) adil terhadap semua siswa
5) senantiasa sabar menghadapi berbagai ulah dan perilaku siswanya.
6) menciptakan kegiatan belajar yang kreatif melalui tema-tema yang menarik yang dekat dengan kehidupan siswa.
Mencerdaskan bukan hanya terkait dengan aspek kognitif, melainkan juga dengan kecerdasan majemuk (multiple intelligence). Tidak kalah pentingnya adalah bagaimana guru dapat mengalirkan pendidikan normatif ke dalam mata pelajaran sehingga menjadi adaptif dalam keseharian anak. Inilah yang merupakan tujuan utama dari fundamen pendidikan kecakapan hidup (life skill). Oleh karena itu, guru dilatih:
1) Memilih tema-tema yang dapat mengajak anak bukan hanya sekedar berpikir, melainkan juga dapat merasa dan bertindak untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
2) Teknik-teknik penciptaan suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran, karena jika anak senang dan asyik, tentu saja bukan hanya kecerdasan yang diperoleh, melainkan juga mekarnya “kepribadian anak” yang menguatkan mereka sebagai pembelajar.
3) Memberikan pemahaman yang cukup akan pentingnya memberikan keleluasaan bagi siswa dalam proses pembelajaran.
4) Jangan terlalu banyak aturan yang dibuat oleh guru dan harus ditaati oleh anak akan menyebabkan anak-anak selalu diliputi rasa takut dan sekaligus diselimuti rasa bersalah.
Beberapa praktik penciptaan atmosfir belajar yang baik (good practice) dikemukakan berikut ini.
1) Sebelum memulai pelajaran, dengan sikap yang ramah dan penuh senyuman guru menyapa beberapa orang siswa dan menanyakan mengenai keadaan dan kesiapan masing-masing siswa untuk belajar. Bahkan ada guru yang membuka pelajaran diawali dengan nyanyian pendek dan selanjutnya menugaskan seseorang siswa melanjutkan lagu tersebut.
2) Di awal pelajaran, guru membiasakan siswa untuk berdoa secara bersama agar Tuhan senantiasa memberikan kesehatan dan kemudahan dalam memahami pelajaran. Selanjutnya, guru juga tidak lupa memberikan pencerahan-pencerahan rohani kepada para siswa agar mereka senantiasa saling menghormati dan menghargai, kejujuran dan tanggung jawab bagi setiap tugas yang diberikan.
3) Selama proses pembelajaran berlangsung, guru senantiasa mengembangkan bentuk komunikasi yang efektif, agar siswa dapat bertanya atau mengemukakan pendapat dalam suasana yang menyenangkan dan merasa tidak tertekan, tidak takut atau merasa bersalah.

F. Masalah system yaitu kebijakan dan strategi kurang mendukung, monitoring, evaluasi, kendali mutu masih lemah. Kebijakan dan strategi diseminasi kurang mendukung. Monitoring, evaluasi dan kendali mutu masih lemah (Soekartawi, 2007: 7). Ini semua diperlukan upaya mengatasinya jika kualitas pembelajaran menjadi tuntutan utama. Model pembelajaran apapun yang dikembangkan dan strategi apapun yang dipilih untuk keperluan pembelajaran haruslah berpijak pada permasalahan yang ada. Jika tidak, model apapun atau strategi pembelajaran manapun tidak akan bermakna. Guru harus berani mengembangkan cara – cara pembelajaran yang kreatif inovatif dan sejalan dengan kebijakan yang ada, sembari memberikan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan sistem.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DESAIN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

manajemen sarana dan prasarana

PEMBELAJARAN ORANG DEWASA (KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KESIAPAN BELAJAR)