PROBLEMA INDUKSI
PROBLEMA INDUKSI
A. Dapatkah prinsip Induksi Dibenarkan
Induksi naif =
- ilmu bertolak dari observasi, observasi memberikan dasar yang kukuh untuk membangun pengetahuan ilmiah.
- Pengetahuan ilmiah , keterangan-keterangan yang observasi yang diperoleh dari induksi
- Kritik terhadap pandangan induktivis tentang validitas dan pembenaran prinsip induksi
Konsep prinsip induksi
Jika A yang mewakili diobservasi semua memiliki sifat B maka dapat disimpulkan bahwa semua A memiliki sifat B. yang diragukan adalah bagaimana kebenaran ini mendapatkan justifikasi ?
Para pelaku induktivis
Menjawabnya dengan logika, pengalaman,
Argument logis mengatakan bahwa jika premis yang ada benar tentu dan dipastikan simpulannya juga benar. Tetapi dalam argumen-argumen induktif tidak merupakan argument yang valid secara logis.
Contoh : asumsi gagakyang diobservasi
Kalkun
Maslahnya bukanlah apabila premise suatu penyimpulan induktif benar, maka kesimpulnnya mesti benar. Bisa terjadi penyimpulan induktif salah, sedangkan premisenya benar, dan ini terjadi tanpa harus merupakan kontradiksi.
1. Missal,sampai hari ini saya telah melakukan observasi terhadap sejumlah besar burung gagak pada variasi kondisi byang luas dan telah menyaksikan mereka semua hitam, dan berdasarkan fakta ini, saya menyimpulkan bahwa “semua gagak adalah hitam”ini adalah satu penyimpulan induktif yang valid dan sempurna. Premise dari penyimpulan itu adalah sejumlah keterangan onservasi seperti : gagak X diobservasi pada saat s keliatan hitam. “semua keterangan dermikian ihtu adalah benar. Tetapi tidak ada jaminan logis bahawa gagak yang saya observasi kemudian tidak ada yang coklat, atau merazh jambu. Kalo hal ini terbukti, maka mkesimpulan : “semua gagak hitam” adalah salah. Jadi, penyimpulan induktrif – awal yang jelas valid karena memenuhi criteria yang telah di spesifikasi oleh prinsip induksi, dapat membawa satu kesimpulan yang salah, sekalipun fakta menunjukan bahwa semua premisenya benar. Tidak ada kontradiksi terlibat didalam keterangan bahwa, semua gagak yang telah diobservasi terbukti hbitam, dan juga bahwa tidak semua gagak berwarna hitam. Dengan demikian, jelas sudah bahwa minduksi tidak dapat dibenarkan berdasarkan logis semata-mata.
B. Contoh lain adalah cerita bertarnd russel tentang kalkun induktivis.kalkun ini mengalami pada pagji pertama berada pada kandang peternakan, ia diberi makan jam 09.00. akan tetapi sebagai induktivis yang baik, ia tidak segera melompat kek kesimpulan. Ia menunggu sam,pai ia tel;ah mengumpulkan sejumlah besar fakta observasi bahwa ia diberi makan jam 09.00, ia membuat observasi pada berbagai variasi keadaan. Pada hari;-hari rabu vdan kamis , hari panas adan dingin, pada hari hujan dan kering, dsb. setiap hari ia menambhkan satu keterangan observasi baru didalam daftar catatannya, akhirnya, setelah keyakinan induktivis merasa puas, maka ia mel;akukan penyimpulan kinduktivis dan ia sampai pada kesimpulan : “saya selalu diberi makan jam 09.00 pagi” sayang sekali kesimpulannya tidak benar karena pada hari natal si kalkun tidak diberi makan dan lehernya dipotong. Demikian satu penyimpulan induktif dari premis yang benar telah membawa pada kesimpulan yang salah. Prinsip induksi tidak dibenarkan hanya dengan mionta bantuan logika. Dengan menyadari hal ini, sang induktifis terpaksa menurut pendirian sendiri menunjukan prinsip induksi dapat ditarik dari pengalaman. Induksi telah diobservasi bekerja atas sejumlah besar kesempatan. Misalnya, hokum optik dari hasil eksperimen dilaboratorium digunakan dalam banyak kesempatan untuk membuat alat optic seperti kamera, teleskop dll. Alat-alat optic tersebut berfungsi dengan baik dan memuaskan. Contoh lain adalah gerak planet-planet ditarik atas posisi planet tersebut. Dan telah digunakan dengan berhasil untuk meramalkan kejadian gerhana-gerhana. Daftar ini dapat diperpanjang dengan ramalan dan penjelasan yang berhasil berkat hulum-hukum dan teori-teori ilmiah itu telah ditarik secara induktif. Demikianlah cara prinsip induksi mendapatkan justifikasi. Pembenaran induksi diatas tidak dapat diterima, sebagaimana David Hume secara konklusif mendemonstrasikannya pada pertengahan abad ke 18. Argument untuk mendapatkan pengakuan pembenaran induktif berputar-putar, karena ia justru menggunakan argument induktif yang validitasnya diperkirakan akan masih membutuhkan pembenaran. Bentuk argument untuk mendapat pembenaran itu adalah sepertio berikut :
Prinsip induksi bekera dengan berhasil pada kesempatan X1
Prinsip induksi bekera dengan berhasil pada kesempatan X2
Prinsip induksi selalu bekerja dengan berhasil
Keterangan, universal yang menyatakan sahnya prinsip induksi disini disimpulkan dari sejumlah keterangan tunggal yang direkam dari penerapan prinsip itu secara berhasil di masa-masa yang lalu. Argumennya, oleh karena itu, adalah suatu argument induktif dan dengan demikian tidak dapat dipergunakan untuk membenarkan prinsip induksi, kita tidak dapat mempergunakan induksi untuk membenarkan induksi. Kesulitan seperti ini yang melekat pada cara pembenaran induksi, secara tradisional disebut “problema induksi”. Nampaknya induktivis naif yang tidak merasa menyesal itu berada didalam kesulitan. Tuntutan yang ekstrem bahwa semua pengetahuan mesti berasal dari pengalaman melalui in duksi, berarti mengenyampingkan prinsip induksi yang justru merupakan dasar sikap induktivis. Disamping berputar-putar dalam usaha untuk membenarkan prinsip induksi, prinsip ini sebagaimana telah saya nyatakan, menderita banyak kekurangan dan kelemahan. Kelemahan-kelemahan ini berpangkal pada kekaburan dan kebimbangan dari tuntutannya bahwa “sejumlah besar” observasi harus dilakukan pada “variasi keadaan yang luas”. Berapa banyak observasi yang diperlukan untuk memenuhi “sejumlah besar” itu? Haruskah sebatang logam tertentu dipanasi 10 kali, 100 kali, atau berapa banyak kali sebelum kita dapat menyimpulkan logam selalu memuai bila dipanasi? Apapun jawabannya terhadap pertanyaan semacam itu, contoh-contoh dapat diberikan yang akan selalu menimbulkan keraguan-keraguan tentang kaharusan adanya sejumlah besar observasi itu. Untuk mengilustrasikan ini, saya menunjuk pada reaksi public yang kuat menentang perang nuklir dengan berdasrkan pengalaman pemboman bom atom dihiroshima menjelang akhir perang duniake-II. Reaksi ini didasarkan pada pengertian bahwa bom-bom atom mengakibatkan kematian, pengrusakan dan penderitaan manusia maha hebat. Pada hal, kepercayaan yang luas ini sebenarnya hanya didasarkan observasi dramatis saja. Satu missal lagi, seorang induktivis yang keras kepala mungkin harus menempatkan tangannya beberapa kali di atas api sebelum dapat menyimpulkan bahwa api itu panas dan membakar. Dalam keadaan seperti ini, tuntutan akan sejumlah besar observasi ternyata tidak patut. Dalam situasi-situasi lain, tuntutan itu mungkin masuk akal. Misalnya, kita tentu akan enggan untuk percaya bahwa seorang ahli nujum memiliki kekuatan gaib hanya karena ia pernah sekali memberikan ramalan yang tepat. Pun tidak dapat dibenarkan untuk menyimpulkan adanya hubungan kausal antara merokok dan penyakit kanker, paru-paru, hanya atas dasar satu kejadian seorang perokok berat menderita penyakit paru-paru. Sudah jelas kiranya, dari contoh-contoh ini, bahwa apabila prinsip induksin ingin dapat berperan sebagai pandu yang akan membawa kita ke penyimpulan yang sah, maka kata-kata “sejumlah besar” itu perlu dikualifikasi lebih terperinci dan tegas. Posisi induktivis naif itu selanjutnya terancam kesulitan yang lebih besar lagi bila diteliti tuntutannya bahwa observasi harus dilakukan pada variasi kondisi yang luas. Apa dan bagaimana dapat dikualifikasi sebagai variasi kondisi yang berarti dan yang luas itu? Ketika menyelidiki titik mendidih air, misalnya, apakah perlu ada variasi dalam tekanan udara dan kemurnian air, cara pemanasannya dan waktu pemanasan yang dipilih (pagi, siang, malam, dsb)? Sudah tentu, jawabannya adalah “ya” untuk dua yang pertama, dan “tidak” untuk dua yang belakangan. Akan tetapi apa dasarnya jawaban-jawaban ini? Pertanyaan ini penting karena daftar variasi itu dapat diperluas tidak terbatas dengan menambahkan atau variasi pada variasi-variasi selanjutnya, misalnya, variasi mengenai warna tempat air, identitas pembuat experimen, lokasi geografisnya, dan sebagainya. Keculai variasi-variasi “tidak perlu” yang dapat ditiadakan, jumlah observasi yang dibutuhkan untuk menarik kesimpulan adalah tidak terbatas besar jumlahnya. Lalu apa dasar yang tepat untuk variasi yang dinyatakan “tidakperlu” ? saya kira jawabannya sudah cukup jelas. Karena variasi –variasi yang mempunyai makna dapat dibedakan dengan jelas dari variasi variasi yang tidak perlu dengan minta bantuan pada pengetahuan teori tentang situasi yang sudah kita miliki dan tentang berbagai macam pengoperasian mekanisme fiskal. Akan tetapi, untuk menerima hal ini berarti mengakui bahwa teori memainkan peranan mendahului observasi. Kaum induktivis naif tidak akan mengakuinya. “Variasi kondisi yang luas” dalam prinsip induksi telah menimbulkan persoalan –persoalan serius bagi kaum induktivis.
2. Mundur ke Probabilitas
Dalam usaha mereka menentang beberapa kritik. Kaum induktivis naif yang telah di kritik dalam bagian terdahulu menggunakan satu cara yang jelas dapat melemahkan posisi mereka. jelas dapat melemahkan posisi mereka. Suatu argumen pembelaan dalam posisi lebih lemah kurang lebih berjalan seperti berikut:
Kita tidak dapat seratus persen memastikan bahwa matahari akan selalu terbenam setiap hari, hanya kita telah mengobservasinya terbenam dalam banyak kesempatan. (memang artik dan antartika ada kalannya berhari-hari tiodak terbenam). Tidak dapat seratus persen memastikan bahwa batu yang akan dijatuhkan
C. Mundur ke probabilitas
D. Beberapa kemungkinan respon terhadap problema induksi
A. Dapatkah prinsip Induksi Dibenarkan
Induksi naif =
- ilmu bertolak dari observasi, observasi memberikan dasar yang kukuh untuk membangun pengetahuan ilmiah.
- Pengetahuan ilmiah , keterangan-keterangan yang observasi yang diperoleh dari induksi
- Kritik terhadap pandangan induktivis tentang validitas dan pembenaran prinsip induksi
Konsep prinsip induksi
Jika A yang mewakili diobservasi semua memiliki sifat B maka dapat disimpulkan bahwa semua A memiliki sifat B. yang diragukan adalah bagaimana kebenaran ini mendapatkan justifikasi ?
Para pelaku induktivis
Menjawabnya dengan logika, pengalaman,
Argument logis mengatakan bahwa jika premis yang ada benar tentu dan dipastikan simpulannya juga benar. Tetapi dalam argumen-argumen induktif tidak merupakan argument yang valid secara logis.
Contoh : asumsi gagakyang diobservasi
Kalkun
Maslahnya bukanlah apabila premise suatu penyimpulan induktif benar, maka kesimpulnnya mesti benar. Bisa terjadi penyimpulan induktif salah, sedangkan premisenya benar, dan ini terjadi tanpa harus merupakan kontradiksi.
1. Missal,sampai hari ini saya telah melakukan observasi terhadap sejumlah besar burung gagak pada variasi kondisi byang luas dan telah menyaksikan mereka semua hitam, dan berdasarkan fakta ini, saya menyimpulkan bahwa “semua gagak adalah hitam”ini adalah satu penyimpulan induktif yang valid dan sempurna. Premise dari penyimpulan itu adalah sejumlah keterangan onservasi seperti : gagak X diobservasi pada saat s keliatan hitam. “semua keterangan dermikian ihtu adalah benar. Tetapi tidak ada jaminan logis bahawa gagak yang saya observasi kemudian tidak ada yang coklat, atau merazh jambu. Kalo hal ini terbukti, maka mkesimpulan : “semua gagak hitam” adalah salah. Jadi, penyimpulan induktrif – awal yang jelas valid karena memenuhi criteria yang telah di spesifikasi oleh prinsip induksi, dapat membawa satu kesimpulan yang salah, sekalipun fakta menunjukan bahwa semua premisenya benar. Tidak ada kontradiksi terlibat didalam keterangan bahwa, semua gagak yang telah diobservasi terbukti hbitam, dan juga bahwa tidak semua gagak berwarna hitam. Dengan demikian, jelas sudah bahwa minduksi tidak dapat dibenarkan berdasarkan logis semata-mata.
B. Contoh lain adalah cerita bertarnd russel tentang kalkun induktivis.kalkun ini mengalami pada pagji pertama berada pada kandang peternakan, ia diberi makan jam 09.00. akan tetapi sebagai induktivis yang baik, ia tidak segera melompat kek kesimpulan. Ia menunggu sam,pai ia tel;ah mengumpulkan sejumlah besar fakta observasi bahwa ia diberi makan jam 09.00, ia membuat observasi pada berbagai variasi keadaan. Pada hari;-hari rabu vdan kamis , hari panas adan dingin, pada hari hujan dan kering, dsb. setiap hari ia menambhkan satu keterangan observasi baru didalam daftar catatannya, akhirnya, setelah keyakinan induktivis merasa puas, maka ia mel;akukan penyimpulan kinduktivis dan ia sampai pada kesimpulan : “saya selalu diberi makan jam 09.00 pagi” sayang sekali kesimpulannya tidak benar karena pada hari natal si kalkun tidak diberi makan dan lehernya dipotong. Demikian satu penyimpulan induktif dari premis yang benar telah membawa pada kesimpulan yang salah. Prinsip induksi tidak dibenarkan hanya dengan mionta bantuan logika. Dengan menyadari hal ini, sang induktifis terpaksa menurut pendirian sendiri menunjukan prinsip induksi dapat ditarik dari pengalaman. Induksi telah diobservasi bekerja atas sejumlah besar kesempatan. Misalnya, hokum optik dari hasil eksperimen dilaboratorium digunakan dalam banyak kesempatan untuk membuat alat optic seperti kamera, teleskop dll. Alat-alat optic tersebut berfungsi dengan baik dan memuaskan. Contoh lain adalah gerak planet-planet ditarik atas posisi planet tersebut. Dan telah digunakan dengan berhasil untuk meramalkan kejadian gerhana-gerhana. Daftar ini dapat diperpanjang dengan ramalan dan penjelasan yang berhasil berkat hulum-hukum dan teori-teori ilmiah itu telah ditarik secara induktif. Demikianlah cara prinsip induksi mendapatkan justifikasi. Pembenaran induksi diatas tidak dapat diterima, sebagaimana David Hume secara konklusif mendemonstrasikannya pada pertengahan abad ke 18. Argument untuk mendapatkan pengakuan pembenaran induktif berputar-putar, karena ia justru menggunakan argument induktif yang validitasnya diperkirakan akan masih membutuhkan pembenaran. Bentuk argument untuk mendapat pembenaran itu adalah sepertio berikut :
Prinsip induksi bekera dengan berhasil pada kesempatan X1
Prinsip induksi bekera dengan berhasil pada kesempatan X2
Prinsip induksi selalu bekerja dengan berhasil
Keterangan, universal yang menyatakan sahnya prinsip induksi disini disimpulkan dari sejumlah keterangan tunggal yang direkam dari penerapan prinsip itu secara berhasil di masa-masa yang lalu. Argumennya, oleh karena itu, adalah suatu argument induktif dan dengan demikian tidak dapat dipergunakan untuk membenarkan prinsip induksi, kita tidak dapat mempergunakan induksi untuk membenarkan induksi. Kesulitan seperti ini yang melekat pada cara pembenaran induksi, secara tradisional disebut “problema induksi”. Nampaknya induktivis naif yang tidak merasa menyesal itu berada didalam kesulitan. Tuntutan yang ekstrem bahwa semua pengetahuan mesti berasal dari pengalaman melalui in duksi, berarti mengenyampingkan prinsip induksi yang justru merupakan dasar sikap induktivis. Disamping berputar-putar dalam usaha untuk membenarkan prinsip induksi, prinsip ini sebagaimana telah saya nyatakan, menderita banyak kekurangan dan kelemahan. Kelemahan-kelemahan ini berpangkal pada kekaburan dan kebimbangan dari tuntutannya bahwa “sejumlah besar” observasi harus dilakukan pada “variasi keadaan yang luas”. Berapa banyak observasi yang diperlukan untuk memenuhi “sejumlah besar” itu? Haruskah sebatang logam tertentu dipanasi 10 kali, 100 kali, atau berapa banyak kali sebelum kita dapat menyimpulkan logam selalu memuai bila dipanasi? Apapun jawabannya terhadap pertanyaan semacam itu, contoh-contoh dapat diberikan yang akan selalu menimbulkan keraguan-keraguan tentang kaharusan adanya sejumlah besar observasi itu. Untuk mengilustrasikan ini, saya menunjuk pada reaksi public yang kuat menentang perang nuklir dengan berdasrkan pengalaman pemboman bom atom dihiroshima menjelang akhir perang duniake-II. Reaksi ini didasarkan pada pengertian bahwa bom-bom atom mengakibatkan kematian, pengrusakan dan penderitaan manusia maha hebat. Pada hal, kepercayaan yang luas ini sebenarnya hanya didasarkan observasi dramatis saja. Satu missal lagi, seorang induktivis yang keras kepala mungkin harus menempatkan tangannya beberapa kali di atas api sebelum dapat menyimpulkan bahwa api itu panas dan membakar. Dalam keadaan seperti ini, tuntutan akan sejumlah besar observasi ternyata tidak patut. Dalam situasi-situasi lain, tuntutan itu mungkin masuk akal. Misalnya, kita tentu akan enggan untuk percaya bahwa seorang ahli nujum memiliki kekuatan gaib hanya karena ia pernah sekali memberikan ramalan yang tepat. Pun tidak dapat dibenarkan untuk menyimpulkan adanya hubungan kausal antara merokok dan penyakit kanker, paru-paru, hanya atas dasar satu kejadian seorang perokok berat menderita penyakit paru-paru. Sudah jelas kiranya, dari contoh-contoh ini, bahwa apabila prinsip induksin ingin dapat berperan sebagai pandu yang akan membawa kita ke penyimpulan yang sah, maka kata-kata “sejumlah besar” itu perlu dikualifikasi lebih terperinci dan tegas. Posisi induktivis naif itu selanjutnya terancam kesulitan yang lebih besar lagi bila diteliti tuntutannya bahwa observasi harus dilakukan pada variasi kondisi yang luas. Apa dan bagaimana dapat dikualifikasi sebagai variasi kondisi yang berarti dan yang luas itu? Ketika menyelidiki titik mendidih air, misalnya, apakah perlu ada variasi dalam tekanan udara dan kemurnian air, cara pemanasannya dan waktu pemanasan yang dipilih (pagi, siang, malam, dsb)? Sudah tentu, jawabannya adalah “ya” untuk dua yang pertama, dan “tidak” untuk dua yang belakangan. Akan tetapi apa dasarnya jawaban-jawaban ini? Pertanyaan ini penting karena daftar variasi itu dapat diperluas tidak terbatas dengan menambahkan atau variasi pada variasi-variasi selanjutnya, misalnya, variasi mengenai warna tempat air, identitas pembuat experimen, lokasi geografisnya, dan sebagainya. Keculai variasi-variasi “tidak perlu” yang dapat ditiadakan, jumlah observasi yang dibutuhkan untuk menarik kesimpulan adalah tidak terbatas besar jumlahnya. Lalu apa dasar yang tepat untuk variasi yang dinyatakan “tidakperlu” ? saya kira jawabannya sudah cukup jelas. Karena variasi –variasi yang mempunyai makna dapat dibedakan dengan jelas dari variasi variasi yang tidak perlu dengan minta bantuan pada pengetahuan teori tentang situasi yang sudah kita miliki dan tentang berbagai macam pengoperasian mekanisme fiskal. Akan tetapi, untuk menerima hal ini berarti mengakui bahwa teori memainkan peranan mendahului observasi. Kaum induktivis naif tidak akan mengakuinya. “Variasi kondisi yang luas” dalam prinsip induksi telah menimbulkan persoalan –persoalan serius bagi kaum induktivis.
2. Mundur ke Probabilitas
Dalam usaha mereka menentang beberapa kritik. Kaum induktivis naif yang telah di kritik dalam bagian terdahulu menggunakan satu cara yang jelas dapat melemahkan posisi mereka. jelas dapat melemahkan posisi mereka. Suatu argumen pembelaan dalam posisi lebih lemah kurang lebih berjalan seperti berikut:
Kita tidak dapat seratus persen memastikan bahwa matahari akan selalu terbenam setiap hari, hanya kita telah mengobservasinya terbenam dalam banyak kesempatan. (memang artik dan antartika ada kalannya berhari-hari tiodak terbenam). Tidak dapat seratus persen memastikan bahwa batu yang akan dijatuhkan
C. Mundur ke probabilitas
D. Beberapa kemungkinan respon terhadap problema induksi
Komentar
Posting Komentar