Tujuan dari Statistika

1.1 Tujuan dari Statistika
Definisi Statistika
Statistika adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang bagaimana mengumpulkan, menganalisis dan
menginterpretasikan data. Atau dengan kata lain, statistika menjadi semacam alat dalam melakukan suatu
riset empiris.
Dalam menganalisis data, para ilmuwan menggambarkan persepsinya tentang suatu fenomena. Deskripsi
yang sudah stabil tentang suatu fenomena seringkali mampu menjelaskan suatu teori. (Walaupun demikian,
orang dapat saja berargumentasi bahwa ilmu biasanya menggambarkan bagaimana sesuatu itu terjadi,
bukannya mengapa). Penemuan teori baru merupakan suatu proses kreatif yang didapat dengan cara
mereka ulang informasi pada teori yang telah ada atau mengesktrak informasi yang diperoleh dari dunia
nyata. Pendekatan awal yang umumnya digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena adalah statistika
deskriptif.
Statistika Deskriptif
Statistika deskriptif adalah tehnik yang digunakan untuk mensarikan data dan menampilkannya dalam
bentuk yang dapat dimengerti oleh setiap orang. Hal ini melibatkan proses kuantifikasi dari penemuan
suatu fenomena. Berbagai statistik sederhana, seperti rata-rata, dihitung dan ditampilkan dalam bentuk tabel
dan grafik. Statistika deskriptif dapat memberikan pengetahuan yang signifikan pada kejadian fenomena
yang belum dikenal dan mendeteksi keterkaitan yang ada di dalamnya. Tetapi dapatkah statistika deskriptif
memberikan hasil yang bisa diterima secara ilmiah? Statistik merupakan suatu alat pengukuran yang
berhubungan dengan keragaman pada karakteristik objek-objek yang berbeda .
Objek yang belum dikenal tidaklah mewakili populasi objek yang memiliki "quantifiabel feature" melalui
penyelidikan. Namun demikian, keragaman bisa menjadi hasil dari keberagaman yang lainnya (karena acak
atau terkontrol). Pada ilmu fisika, yang sangat berkaitan dengan ekstraksi dan formulasi persamaan
matematik tidak menyisakan banyak tempat untuk fluktuasi acak. Pada ilmu statistika, fluktuasi seperti itu
dapat dijadikan model. Hubungan relasi statistik selanjutnya merupakan hubungan relasi yang
menerangkan suatu proporsi perubahan stokastik yang pasti.
Statistika Induktif
Berbeda dengan fisika, hubungan atau relasi empiris yang diobservasi pada ilmu alam, sosiologi dan
psikologi (dan bidang pilhan lain misalnya ekonomi) bersifat statis. Pada bidang-bidang ini, pekerjaan
empiris dilaksananakan berdasarkan percobaan-percobaan atau survey sampel. Pada kasus lainnya, seluruh
populasi tidak dapat diobservasi-karena berbagai alasan ekonomis ataupun praktis. Mengambil kesimpulan
tentang suatu populasi berdasarkan data dari sampel yang terbatas merupakan tujuan dari suatu proses
pengambilan keputusan inferensial atau statistik induktif.
Perubahan di sini merupakan suatu refleksi variasi pada sampel dan proses pengambilan sampel.
Statistika dan Proses Ilmiah
Dengan ketergantungan pada tahap penelitian ilmiah, data diuji dengan tingkatan informasi yang berbeda.
Data dapat dikumpulkan untuk meng-eksplore sebuah fenomena pada pendekatan pertama, dan dapat juga
digunakan untuk memberikan uji hipotesis (pembuktian) secara statistik tentang struktur karakteristik
melalui penyelidikan. Kemudian, statistik digunakan pada seluruh tahap proses ilmiah dimana fenomena
yang terukur ikut terlibat. Disini, konsep kita tentang kemampuan mengukur menjangkau luas berbagai
proposisi menarik dan ilmiah. Sebagai contoh, sebuah proposisi misalnya "seekor lebah bumble sedang
terbang". Dengan menghitung jumlah kejadian tersebut dalam berbagai setting yang berbeda, kita sedang
mengukur kejadian fenomena alam. Pada tahap dasar ini kita mencoba untuk menduga kemungkinan
datangnya seekor lebah bumble pada keadaan yang khusus (misalnya pada hari-hari turun hujan di musim
panas di Berlin).
1.2 Penelitian secara Statistik
Merancang Penelitian Menurut Kaidah Statistik
Penggunaan statistika dalam suatu penelitian sering melibatkan langkah-langkah berikut:
1. Merancang penelitian: perkembangan sasaran, terjemahan konsep teoritis menjadi fenomena yang
dapat diobservasi (sebagai contoh, variabel-variabel), setting lingkungan (misalnya, dalam
menentukan parameter mana yang konstan dilaksanakan) proyeksi biaya dan sebagainya.
2. Pengambilan data
o Data primer: data yang dikumpulkan oleh institusi yang melaksanakan penelitian
􀂃 Survey:
􀂃 menyimpan data tanpa menguji kontrol melalui kondisi lingkungan
yang bisa jadi mempengaruhi observasi-observasi.
􀂃 Mengobservasi seluruh anggota populasi (sensus) atau mengambil
sampel (sample survey)
􀂃 Mengumpulkan data dengan wawancara atau dengan pengukuran
􀂃 Dokumentasi data melalui daftar pertanyaan, protokol dan lain
sebagainya.
􀂃 Pribadi berhadapan dengan observasi tak langsung (misalnya
wawancara pribadi, pemberian daftar pertanyaan melalui pos, telepon
dan lain-lain)
􀂃 Eksperimen atau percobaan: mengontrol variabel-variabel secara aktif untuk
mendapatkan pengaruhnya pada variabel-variabel lainnya.
􀂃 Penyimpanan otomatis: mengobservasi atau mengamati data ketika sedang
dibangkitkan, misalnya dalam suatu proses produksi.
o Data Sekunder: menggunakan data yang sudah tersedia, baik dari sumber internal
ataupun eksternal.
3. Mengatur data
4. Analisa: mengaplikasikan alat-alat atau metode statistika.
5. Interpretasi: kesimpulan mana yang mendukung informasi kuantitatif yang dibangkitkan dengan
prosedur statistik?
Sumber-sumber Data Statistik
• Statistik publik
• Statistik swasta
• Organisasi Internasional
Gambar berikut mengilustrasikan urutan langkah-langkah dalam penyelidikan statistik:

1.3 Elemen dan Populasi Statistik
Elemen-elemen Statistik
Objek-objek yang sifatnya/atributnya diobservasi atau diukur untuk keperluan statistik disebut elemen.
Untuk mengenali semua elemen yang relevan dengan suatu penyelidikan tertentu, seseorang harus
mengelompokkan karakteristik definisi mereka seperti dimensi, temporal dan tempat.
Contoh: Sensus populasi di Jerman.
• jenis karakteristik: penduduk Jerman.
• tempat: alamat tetap di Republik Federal Jerman.
• temporal: tanggal sensus
Populasi
Semesta elemen statistik yang ditutupi oleh sebuah himpunan spesifikasi tertentu disebut populasi.
Secara umum, dengan meningkatkan jumlah kriteria untuk disesuaikan dengan elemen-elemen tersebut
akan memberikan hasil pendugaan yang lebih baik dan lebih homogen.
Pada sensus, seluruh elemen populasi diteliti. Menyimpan informasi dari porsi populasi tersebut
menghasilkan survey sampel. Ukuran populasi bisa berhingga atau tak berhingga.
Jumlah elemen yang terdapat pada populasi bisa berubah kapan saja, dimana beberapa elemen keluar dari
populasi dan elemen lain masuk. Sensitivitas populasi yang berjalan menurut waktu ini harus diperhatikan
ketika melakukan penyelidikan statistik.
1.4 Peubah Statistik
Sebuah karakteristik yang bisa diamati dari suatu elemen statistik disebut variabel.
Nilai-nilai aktual yang diasumsikan oleh variabel statistik dinamakan observasi, amatan, pengukuran atau
data. Himpunan nilai-nilai yang mungkin diambil oleh sebuah variabel dinamakan ruang sampel atau ruang
contoh.
Variabel dilambangkan dengan huruf besar , sedangkan realisasinya ditulis menggunakan huruf
kecil: , indeks dalam hal ini merefleksikan elemen statistik yang dijadikan sampel.
Variabel Observasi
Adalah penting untuk membedakan antara variabel yang digunakan untuk identifikasi dan variabel target.
Variabel-variabel Identifikasi
Elemen-elemen populasi harus ditentukan spesifikasinya ketika menentukan suatu himpunan dengan nilai
yang tetap. Sebagai contoh, dalam hal membatasi penelitian statistik terhadap orang dengan jenis kelamin
perempuan akan melibatkan setting identifikasi variabel jenis "kelamin" dengan "perempuan".
Variabel-variabel Target
Variabel-variabel ini merupakan karakteristik minat/kepentingan, fenomena yang dieksplorasi oleh alat
teknis statistik. Misalnya, usia orang yang termasuk dalam suatu populasi tertentu.
Contoh : Sasaran penelitian statistik adalah untuk mengeksplor atau menggali struktur sosio-ekonomi
Berlin pada tanggal 21 Desember 1995.
Variabel-variabel identifikasi yang dipilih:
• resmi: penduduk
• tempat: alamat tetap di Berlin
• temporal: 31 December 1995
Eelemen statistik: Penduduk Berlin yang terdaftar pada tanggal 31 Desember 1995.
Populasi: semua penduduk Berlin pada tanggal 31 December 1995.
Variabel target yang mungkin:
Simbol Variabel Ruang Sampel
Usia (dihitung dalam tahun)
Jenis kelamin {perempuan, laki-laki}
Status {tidak kawin, kawin, cerai}
Pendapatan bulanan
1.5 Skala-skala Pengukuran
Variabel-variabel acak tersebut bisa mengambil nilai-nilai yang berbeda:
Simbol Variabel Ruang Sampel
Usia (dalam tahun)
Jenis kelamin {perempuan, laki-laki}
Status {tidak kawin, kawin, cerai}
Pendapatan bulanan
Variabel-variabel tersebut bisa dikelompokkan menjadi variable kuantitatif, sebagai contoh, variabel
bernilai numerik (usia dan pendapatan) serta variable kualitatif, variabel kategorik (jenis kelamin, status
perkawinan). Karena nilai-nilai numerik biasa digunakan untuk melambangkan observasi variabel
kualitatif, bisa jadi yang muncul adalah kuantitatif.
Namun demikian, penentuan sintetis semacam itu tidak berasal dari kualitas yang sama seperti pengukuran
numerik yang muncul alami ketika mengobservasi sebuah fenomena.
Perbedaan tajam antara variabel kuantitatif dan variabel kualitatif terletak pada sifat-sifat pengukuran
skala aktual, terutama pada kemampuannya untuk digunakan sebagai input pada suatu metode statistik.
Dalam mengembangkan peralatan baru, ahli statistik membuat asumsi tentang skala-skala pengukuran yang
diperbolehkan.
Sebuah pengukuran adalah suatu penentuan/penugasan pada sebuah observasi. Beberapa pengukuran
muncul lebih alami dibandingkan yang lainnya. Sebagai contoh, dengan mengukur tinggi seseorang, kita
menggunakan yardstick atau alat ukur yang meyakinkan kemampuan perbandingan antara observasiobservasi
hingga ketelitian satuan-satuan yang digunakan (misalnya inci atau sentimeter). Sebaliknya, nilai
sekolah menunjukkan klasifikasi yang relatif kasar yang mengindikasikan ranking tertentu tetapi dengan
memasukkan para siswa kedalam kategori yang sama. Nilai yang ditentukan untuk pernyataan kualitatif
semisal 'sangat baik', 'sedang' dan sebagainya adalah nilai sembarang namun singkat dan praktis dalam
menilai prestasi seseorang. Dikarenakan tidak adanya alasan konseptual pada skala penilaian di sekolah,
maka tidak diperlukan penafsiran 'jarak' antara nilai-nilai tersebut.
Jelasnya, pengukuran yang cermat memberikan informasi yang lebih banyak daripada hanya sekedar nilai
sekolah, sebagaimana halnya jarak-jarak antara pengukuran bisa dibandingkan dengan konsisten.
Pernyataan seperti "Tinggi Tom dua kali tinggi anaknya" atau "Manuela lebih kecil 35 cm dari
pasangannya" atau pernyataan-pernyataan sejenisnya masih bisa diterima. Karena metode statistik
dikembangkan dengan dasar matematika, maka skala yang bisa digunakan juga didefinisikan dengan
menggunakan konsep matematika.
Ini semua adalah transformasi yang dapat digunakan tanpa kehilangan informasi. Semakin luas jangkauan
transformasi yang digunakan, semakin sedikit informasi yang bisa disampaikan oleh skala. Tabel berikut
ini memberikan daftar skala pengukuran umum untuk meningkatkan isi permintaan informasi. Skala-skala
yang membawa banyak informasi selalu bisa ditransformasikan menjadi skala yang memberi sedikit
informasi.
Variabel Skala Pengukuran Pernyataan Transformasi yang digunakan
Kualitatif Skala Nominal Ekuivalen any equivalence preserving mapping
Kategori Skala Ordinal ekuivalen, berurut any order preserving mapping
Kuantitativ Skala Interval ekuivalen, berurut,
Metrik jarak
Skala Ratio ekuivalen, berurut,
jarak, rasio
Skala Absolute ekuivalen, berurut, fungsi identitas
jarak, rasio,
tingkat absolute
1.6 Variabel yang Bersifat Kualitatif
Skala Nominal
Skala yang paling primitif, yaitu yang hanya bisa menyatakan apakah dua buah nilai sama atau tidak,
adalah skala nominal dan murni kualitatif. Jika sebuah ruang sampel eksperimen terdiri dari kategori tanpa
urutan yang alami, maka variabel acak yang berkaitan terskala secara nominal.
Angka-angka/jumlah berbeda yang ditugaskan untuk memberi hasil biasanya mengindikasikan apakah
sembarang dua keluaran (outcome) sama atau tidak.
Sebagai contoh, angka-angka yang ditentukan pada opini politik yang berbeda bisa menolong dalam
mengkompilasi hasil dari daftar pertanyaan.
Namun untuk membandingkan dua opini, kita hanya bisa merelasikannya sebatas kesamaan jenis atau
tidak. Angka/jumlah tersebut tidak menghasilkan ranking. Variabel binary atau Variabel dikotomus adalah
variabel yang memiliki tepat dua outcome yang eksklusif satu sama lainnya.
Jika angka-angka indikator yang ditentukan tersebut menyampaikan informasi tentang ranking kategori,
maka variabel binari dapat juga dianggap terskala secara ordinal. Jika kategori (peristiwa) yang merupakan
ruang sampel tersebut bersifat ekslusif satu dengan lainnya, misalnya sebuah elemen statistik bisa
berhubungan dengan lebih dari satu kategori, maka variabel tersebut dinamakan kumulatif. Sebagai contoh,
seseorang bisa menerima kualifikasi kategori profesional yang berbeda. Tapi hanya bisa satu pekerjaan saja
yang fulltime (menurut definisi).
Skala Ordinal
Jika jumlah yang ditentukan untuk pengukuran memperlihatkan suatu ranking alami, maka variabel
tersebut diukur dengan skala ordinal. Pada skala ordinal, jarak antara nilai-nilai yang berbeda tidak dapat
ditafsirkan -sebuah variabel yang diukur pada skala ordinal bagaimanapun bukan kuantitatif. Sebagai
contoh, nilai sekolah merefleksikan tingkatan prestasi yang berbeda-beda. Walaupun demikian tidak ada
alasan untuk menyatakan bahwa pekerjaan yang memperoleh nilai "4" dua kali lebih baik dari pekerjaan
yang beroleh nilai "2". Karena jumlah yang ditentukan pada pengukuran tersebut merefleksikan ranking
secara relatif antara satu dengan lainnya, maka nilai tersebut dinamakan nilai rank. Terdapat banyak contoh
variabel yang terskala ordinal dalam bidang psikologi, sosiologi, studi bisnis dan lain sebagainya. Skala
dapat ditentukan dengan mengusahakan mengukur semacam konsep seperti status sosial, inteligensia,
tingkatan agresi atau tingkat kepuasan.
1.7 Variabel Kuantitatif
Pengukuran variabel kuantitativ dapat juga ditafsirkan dengan istilah jarak antara berbagai observasi tanpa
adanya pengurutan yang alami.
Skala Interval
Jika jarak antara pengukuran ditafsirkan lebih mendalam, maka variabel tersebut diukur pada skala interval.
Berlawanan dengan skala rasio, rasio pengukuran tidak mempunyai pengertian yang mendasar, dan untuk
skala ordinal tidak memiliki nilai nol. Sebagai contoh, suhu yang diukur dalam derajat celsius bisa
ditafsirkan dalam urutan kelas-kelas yang lebih tinggi atau lebih rendah. Namun demikian, tinggi suhu
bertemperatur 20 derajat celsius tidak bisa dikatakan dua kali tinggi suhu bertemperatur 10 derajat. Ingat
kembali temperatur ekuivalensi dalam fahrenheit. Dengan mengkonversikan temperatur dari celsius ke
fahrenheit atau sebaliknya akan mengikutsertakan pertukaran titik nol.
Skala Rasio (Nisbah)
Nilai-nilai variabel yang terukur pada skala rasio dapat ditafsirkan baik dengan istilah jarak ataupun rasio.
Skala rasio atau nisbah ini membawa informasi yang lebih daripada skala interval, namun hanya intervalinterval
(jarak diantara observasi) yang memiliki arti kuantitatif.
Fenomena yang diukur pada skala rasio mempunyai elemen nol alami, yang menunjukkan kekurangan total
dari atributnya. Namun adanya satuan pengukuran alami tidak begitu diperlukan. Contohnya adalah berat,
tinggi, usia, dan lain sebagainya.
Skala Absolut
Skala absolut merupakan skala metrik yang memiliki satuan pengukuran alami. Pengukuran skala absolut
sendiri adalah pengukuran, satu-satunya pengukuran tanpa alternatif. Contoh: Semua fenomena yang dapat
dihitung seperti jumlah orang dalam sebuah ruangan atau jumlah bola dalam sebuah keranjang.
Variabel Diskret
Sebuah variabel diskret yang mengambil himpunan nilai-nilai berhingga atau tak hingga disebut diskret.
Contoh: Produksi mobil perbulan atau jumlah bintang di ruang angkasa.
Variabel Kontinyu
Suatu variabel metrik dikatakan kontinyu jika mempunyai sejumlah tak hingga nilai-nilai pada sembarang
interval. Contoh: Petrol yang terjual pada periode waktu tertentu.
Namun dalam prakteknya banyak variabel kontinyu diukur secara diskret dikarenakan terbatasnya tingkat
ketelitian peralatan ukur fisik. Untuk mengetahui usia seseorang dapat dilakukan, tetapi tidak terlalu tepat.
1.8 Pengelompokan Data Kontinu
Misalkan ada data tentang tinggi badan dari 100 siswa laki-laki. Untuk memperoleh informasi sekilas dari
distribusi tinggi badan, maka kita mulai membaca data mentah. Seorang yang ahli akan segera menemukan
bahwa kira-kira lebih 10 observasi menjadi tidak berarti jika tanpa melakukan proses simplifikasi. Secara
intuitif, individu-individu tersebut dikelompokkan berdasarkan kesamaan tinggi badan. Sekilas informasi
tentang data dapat diperoleh dengan memperhatikan besarnya pengelompokkan ini daripada hanya
membaca data secara umum. Disamping telah mendapat informasi detail tentang tinggi badan yang
sebenarnya, diperoleh juga gambaran umum yang lebih jelas tentang data.
Sampel data yang dikumpulkan dari variabel yang kontinu atau quasi-kontinu dapat disusun dengan
membaginya ke dalam ruang sample yang saling mutually exclusive. Menghitung banyaknya kejadian yang
muncul dalam tiap kelas atau kelompok berarti memdiskripsikan data secara ringkas. Mengelompokkan
data ke dalam kelas-kelas tertentu akan sangat membantu kita dalam memahami struktur data atau
penyebaran data dalam ruang sample. Kelas-kelas adalah interval-interval yang tidak saling beririsan (nonoverlapping)
yang dibatasi oleh batas-batas atas dan bawah yang sering disebut class boundaries.
Hilangnya informasi terjadi dari penukaran nilai aktual karena ukuran dan lokasi kelas-kelasnya. Jika
seseorang menggunakan kelas yang terlalu sedikit, maka pola-pola yang berguna bisa jadi tidak terlihat.
Terlalu banyak kelas juga bisa menghalangi nilai pengelompokkan yang jelas.
Batas Kelas
Nilai atas dan bawah suatu kelas disebut batas kelas.
Sebuah kelas dispesifikasikan oleh batas bawahnya yaitu dan batas atas ,
dimana
, misalnya, batas atas dari kelas ke dan batas bawah dari kelas
ke sama.
atau , misalnya, batas kelas dapat dijadikan
tanda untuk kelas-kelas lain yang terpisah.
Contoh
1st alternatif 2nd alternatif
kurang dari 10 kurang dari atau sama dengan 10
10 hingga kurang dari
12
besar dari 10 hingga kecil dari atau sama
dengan 12
12 hingga kecil dari 15 besar dari 12 hingga kecil dari atau sama
dengan 15
15 atau besar dari besar dari 15
Jika pengukuran variabel-variabel (secara teoritis) tidak memiliki batas diklasifikasikan, kelas yang terletak
paling kiri- dan/atau paling kanan secara berturut-turut akan menuju , , misalnya, mereka
membentuk suatu interval yang setengah terbuka.
Lebar Kelas
Dengan mengambil selisih diantara dua batas dari suatu kelas akan diperoleh lebar kelas (kadang-kadang
merujuk ke ukuran kelas):
Kelas-kelas tidak mesti memiliki lebar yang sama.
Titik tengah kelas
Suatu titik tengah kelas dapat ditafsirkan sebagai nilai yang mewakili kelas tersebut, jika pengukuran
yang dilakukan berdistribusi genap atau simetris.
1.9 Barisan Statistik dan Frekuensi Statistik
Barisan Statistik
Ketika menyimpan data, kita membangkitkan sebuah barisan statistik. Bentuk aslinya yaitu yang belum
diproses disebut data mentah. Diberikan sebuah level skala yang sesuai (misalnya, sebuah skala ordinal),
kita bisa menyortir data kemudian membuat sebuah barisan yang berurut.
Data yang dikumpulkan pada titik-titik yang sama dalam suatu waktu atau pada periode waktu yang
berbeda pada elemen yang berbeda disebut data cross-section.
Data yang dikumpulkan pada titik-titik yang berbeda dalam suatu waktu atau pada periode waktu yang
berbeda pada elemen yang sama disebut data time-series. Barisan observasi tersebut diurutkan pada sumbu
axis sebagai waktu.
Frekuensi
Sejumlah observasi yang termasuk ke dalam kelas yang ada disebut frekuensi.
Kelas-keals dikonstruksi untuk menyingkatkan data kontinyu atau quasi-kontinyu dengan menggunakan
frekuensi.
Pada data diskret kita kadang-kadang kebetulan menemukan apa disebut ikatan, misalnya dua observasi
atau lebih yang mengambil nilai yang sama. Maka data diskret tidak memerlukan pengelompokkan yang
bertujuan untuk menghitung frekuensi.
Frekuensi Absolut
Menghitung jumlah observasi yang mengambil nilai yang spesifik menghasilkan frekuensi absolut:
Ketika data dikelompokkan, frekuensi-frekuensi kelas absolute dihitung sebagai berikut:
Sifat:
Frekuensi Relatif
Bagian observasi yang mengambil nilai spesifik atau masuk ke dalam kelas yang spesifik disebut frekuensi
relatif, frekuensi absolut yang memiliki standar dari jumlah total observasi.
Sifat:
Distribusi Frekuensi
Dengan mengstandarisasi frekuensi-frekuensi kelas untuk data yang dikelompokkan oleh ukuran kelasnya
masing-masing, frekuensi untuk kelas yang memiliki ukuran berbeda dibuat hingga bisa dibandingkan.
Frekuensi yang muncul kemudian bisa dikumpulkam untuk membentuk sebuah distribusi frekuensi.
dimana adalah batas kelas atas dan bawah dengan .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DESAIN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

manajemen sarana dan prasarana

PEMBELAJARAN ORANG DEWASA (KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KESIAPAN BELAJAR)